Tentang Pilihan
Karya : Rahmawati Salsabila (PGSD 2020)
Tanaka bersama empat orang temannya berangkat
dari desa untuk berburu pada pagi-pagi buta. Mereka telah menyiapkan bekal
untuk bermalam di hutan sampai keesokan harinya. Sudah hampir petang tetapi sialnya
mereka hanya mendapatkan dua binatang buruan. Mereka ingin mendapat satu ekor
lagi untuk dibawa pulang. Mereka pun memutuskan untuk lebih dalam menjelajahi
hutan tanpa menghiraukan perbekalan mereka yang sudah menipis. Pada siang hari
saat makan siang, mereka baru menyadari jika perbekalan mereka sudah hampir
habis, seseorang dari mereka pun berucap ”Mari kita masak salah satu rusa ini, tak
apa jika kita pulang hanya membawa satu rusa daripada mati kelaparan disini”.
Tanaka yang menjadi pemimpin rombongan pemuda itu mengiyakan, Ia tak mau sampai teman
-temannya kelaparan. Sehabis menyantap makanan, mereka memutuskan untuk pulang dengan
perbekalan yang tersisa. Tapi Tanaka bergeming, Ia mengingat janjinya kepada seseorang
untuk membawakan seekor kijang sesuai permintaannya. ”Tana, kau tak punya cukup
bekal, ayo pulang saja”, ucap salah seorang temannya. ”Aku akan pergi ke danau
untuk mengambil air dan akan memetik beberapa buah di dekat sana, jangan
khawatirkan aku, aku bisa jaga diri”, jawab Tanaka. Mereka pun berpisah.
Setelah dari danau Ia pun melanjutkan
perjalannya seorang diri. Akhirnya ia menemukan sekumpulan kijang dan ia pun
mengarahkan anak panahnya ke salah satu kijang, sayangnya anak panahnya meleset
yang membuat sekumpulan kijang itu menjadi berpencar. Ia mengikuti salah satu
kijang dan mencoba memanahnya. Namun, usahanya belum membuahkan hasil, Ia pun
beristirahat di sebuah pohon besar dan rindang sambil menyantap buah-buahan
seadanya yang telah Ia petik sebelumnya. Tiba – tiba Ia terkejut melihat ular
yang berada di dekatnya, Ia panik dan berusaha mengusir ular tersebut tetapi
ular tersebut malah menggigit kaki kiri Tanaka. Ia pun merintih kesakitan sambil
sesekali berteriak minta tolong meskipun Ia tau jika tidak ada orang yang akan
mendengar teriakannya. Teriakannya mereda dan berangsur-angsur menghilang. Kaki kiri Tanaka semakin lama semakin membiru, Ia sangat kesakitan hingga tak
sadarkan diri.
Suatu cahaya meneranginya, sayup-sayup Tanaka
membuka kedua matanya. "Apakah sudah pagi?”, tanyanya dalam hati. Cahaya itu
berangsur-angsur menjauh darinya tatkala Tanaka benar-benar telah membuka
matanya. Ternyata Ia menemukan fakta bahwa matahari belum terbit, Ia mencoba
merasakan kakinya dan teryata Ia tak merasakan sakit. Pandangannya beralih
kepada cahaya yang tadi menyilaukannya. Ia berusaha mendekati cahaya itu dan
betapa terkejutnya Ia ketika menemui bahwa cahaya itu berasal dari seorang
gadis yang sangat cantik. "Apakah aku sudah mati?”, tanyanya kepada gadis itu. “Belum, kamu
belum mati”, jawabnya. ”Lalu siapa kau, mengapa tubuhmu dapat mengeluarkan sinar
dan yang aku ingat tadi malam aku merintih kesakitan”, tanya Tanaka. "Aku, aku, emm, aku
akan menjelaskan sesuatu tapi aku harap kamu bisa mempercayaiku”, jawab gadis
cantik itu. "Katakan saja,beri aku penjelasan”, jawab Tanaka.
“Aku adalah putri Arete, aku bukan manusia sepertimu. Aku
tinggal di sana (sambil menunjuk ke arah langit). Kami para putri selalu
penasaran dengan dunia manusia, tetapi kami tidak berani untuk berbaur dengan
manusia. Kami ingin merasakan menjadi manusia yang tinggal di bumi. Jadi, jika
malam hari di bumi kami turun untuk bermain di hutan ini. Saat menjelang fajar
kami bergegas kembali ke kayangan, meksipun tempat ini adalah hutan
belantara, tetapi kami tetap takut akan bertemu dengan manusia yang masuk ke
hutan ini. Dan, tadi aku menjumpaimu tak sadarkan diri disini sendirian, jadi aku
berniat menyembuhkan luka di kakimu agar kau bisa terselamatkan. Tetapi teman-temanku sangat ketakutan ketika melihatmu dan mereka pun meninggalkanku bersamamu". Sambil
terus menjelaskan dan meyakinkan Tanaka tentang apa yang sebenarnya tengah
terjadi, matahari pun telah menampakkan sinarnya dari ufuk timur. Putri Arete
berpamitan hendak kembali ke kayangan, tetapi Tanaka menahannya,T anaka telah
jatuh cinta kepada putri Areta. Putri Areta pun berkata jika Tanaka ingin
bertemu dengannya lagi, maka datanglah kemari besok.
Setelah berpisah dengan Putri Areta, Tanaka
pun kembali ke rumahnya. Ia terus saja memikirkan putri Areta atas kebaikan dan
kecantikannya yang tak bisa Ia lupakan. Sebelumnya Tanaka lebih dahulu menaruh
hati kepada Salina. Salina adalah seorang gadis yang menjadi incaran para pemuda. Salina
pun menaruh hati kepada Tanaka, tetapi Ia tak mau secara cuma-cuma menerima cinta
Tanaka. Maka dari itu, Salina kerap meminta banyak hal kepada Tanaka untuk
membuktikan seberapa besar pengorbanan Tanaka untuk mendapatkannya dan setelah
itu Salina akan menerima cinta Tanaka.
Tiap menjelang petang Tanaka rajin pergi ke
hutan untuk bertemu dengan putri Arete dan kembali pada keesokan paginya. Mereka
berdua menghabiskan malam berdua di hutan, mereka berdua saling jatuh cinta. Di
lain tempat, Salina tak mengerti mengapa Tanaka sudah tak pernah menemuinya, kijang
permintaannya pun tak pernah Tanaka serahkan kepada Salina. Karena penasaran, Salina
pun mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia pergi ke rumah Tanaka diam-diam dan memata-matanya. Ia melihat Tanaka hendak pergi ke arah hutan, Ia pun
membuntutinya, meskipun hari akan segera gelap tetapi tak membuat Salina membatalkan
niatnya. Sampailah ke tempat dimana Ia mengetahui kebenaran yang selama ini tak pernah
terpikirkan olehnya. Hati Salina seperti tercabik-cabik menerima kenyataan yang
baru saja dilihatnya, Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya
sekarang.
Di lain hari Salina menemui Tanaka. "Tanaka, aku mencintaimu, cintamu kepadaku berbalas, aku memilihmu Tanaka”, ucap Salina sambil menatap mata Tanaka. Tanaka tertegun karena kalimat yang baru saja Salina ucapkan. Salina tak pernah mengatakan kalau Ia mencintai Tanaka sebelumnya, Tanaka masih sama seperti pemuda-pemuda lain yang menunggu keputusan dari Salina. Jika saja Tanaka tak pernah bertemu dengan putri Arete, mungkin Ia akan merasakan senang bukan kepalang tetapi kini di hatinya sudah tertulis nama gadis lain, Ia tak bisa menyangkalnya, Ia memilih putri Arete. Salina yang mendengar penjelasan dari Tanaka pun terisak dan pergi berlari meninggalkan Tanaka.
Tanaka kembali menemui putri Arete, Tanaka berniat melamar putri Arete. Putri Arete pun tersenyum dan menerima lamaran dari Tanaka. "Itu berarti aku harus menjadi manusia seutuhnya. Aku akan kehilangan kekuatanku, aku tak akan bisa kembali ke kayangan, aku tak akan bisa menyembuhkan manusia lagi, aku akan diusir dari kayangan, dan menjadi manusia biasa”, kata Putri Arete. "Aku akan menerimamu apa adanya putri Arete”, ucap Tanaka meyakinkan. ”Berjanjilah Tanaka, kau akan setia. Karena setelah aku menjadi manusia seutuhnya, aku tak punya hubungan lagi dengan kayangan, aku hanya punya dirimu seorang”, kata Arete. ”Aku berjanji”, ucap Tanaka. ”Baik, mulai sekarang panggil aku Arete saja”, kata putri Arete.
Setelah itu, Tanaka dan putri Arete pun menikah. Mereka
tinggal di rumah Tanaka. Tetapi hampir satu tahun, mereka berdua belum juga di
karuniai putra. Suatu malam, putri Arete termenung di jendela kamarnya sambil
menatap langit malam. Di lihatnya cahaya yang menghampirinya. Ia adalah salah
satu putri dari kayangan. Ia diperintahkan oleh ibunda putri Arete untuk
membantu kesulitan yang sedang dialami oleh putri Arete. Putri itu menjelaskan
jika Putri Arete dapat memiliki keturunan jika ia dapat menemukan mutiara di tengah
hutan. Tetapi putri Arete harus pergi sendiri, tidak ada yang boleh
menemaninya. Mendengar kabar baik yang disampaikan oleh temannya, putri Arete pun
berterima kasih. Putri Arete juga mendapat pesan jika bantuan dari ibundanya hanya
sebatas ini, lain waktu ibundanya tidak akan bisa membantunya lagi. Putri Arete
pun berpamitan kepada Tanaka. Ia pun berpesan agar menunggunya sampai Ia
kembali. Tanaka tak boleh menyusulnya apapun alasannya. Tanaka pun berjanji akan
menunggu putri Arete sampai Ia kembali. Putri Arete pun pergi.
Belasan purnama telah berlalu, Putri Arete tak
kunjung pulang. Tanaka sangat merindukannya. Pada suatu malam, Ia duduk termangu
di depan rumahnya. Menikmati purnama yang kesekian kalinya dalam sebuah penantiannya. Saat
melihat ke langit, Ia melihat ada bintang jatuh. Bintang jatuh itu jatuh di depan
Tanaka. ”Hai pemuda, ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu? aku melihatmu
termurung sendirian disini”, kata peri bintang. "Aku merindukan istriku, Ia telah
lama pergi tetapi tak kunjung kembali, apa kau dapat membantuku?”, tanya Tanaka. ”Tentu,aku
dapat membantumu. Ikutlah terbang bersamaku, akan aku bantu mencari istrimu”, ucap
peri bintang. Tanpa pikir panjang Tanaka menerima bantuan dari peri bintang. ”Aku
jelaskan terlebih dahulu. Genggamlah tanganku dan tutuplah matamu,jika kau sudah
merasakan keberadaan istrimu, kau lepaskan tanganku, maka kau akan segera bertemu
dengan istrimu, tetapi jika ternyata istrimu tidak ada, kamu akan jatuh dan mati. Apakah
kamu berubah pikiran?, tanya peri bintang. Tanaka yang merasa bahwa Ia benar-benar mencintai istrinya yakin akan menemukan putri Arete dan memilih melupakan
pesan dari istrimya
Tanaka dan peri bintang pun terbang. ”Saat kau
merasa istrimu begitu dekat denganmu, lepaskan tanganku”, kata peri
bintang. Beberapa waktu telah berlalu, ”Berhenti, aku yakin istriku ada disini”, ucap
Tanaka. ”Apakah kamu yakin?” tanya peri bintang. ”Aku yakin”, ucap Tanaka. Namun
ternyata perkirannya salah sehingga
Tanaka pun jatuh ke bumi dan meninggal dunia. Peri bintang menatap pemuda yang Ia
cintai jatuh dari ketinggian dengan perasaan puas sekaligus iba.
~~°°~~
Salina memutuskan untuk menemui sumur ajaib
yang bisa mengabulkan permintaan. Ia ingin balas dendam kepada Tanaka atas
sakit hati yang Ia rasakan. Sumur ajaib itu berkata, ”Aku dapat mengabulkan permintaanmu. Tapi
selalu ada pengorbanan dalam setiap permintaan. Akan kujadikan kau peri bintang untuk
membalaskan dendammu tetapi kau akan selamanya menjadi bintang di langit”, kata
sumur ajaib itu. ”Ya, Aku rela”, jawab Salina.