Tema :
Anak yang Gagal Belajar atau Guru yang Gagal Mengajar?
Pemateri :
Haryani, M.Pd. (Dosen PGSD)
Sasaran :
Mahasiswa PGSD
Hari, Tanggal :
Kamis, 2 Maret 2017
Pukul :
15.30 – 17.30 WIB
Tempat :
Pendopo Luar, Kampus III FIP UNY
Ringkasan
Materi
Setiap anak pada dasarnya
memiliki potensi yang sama. Akan tetapi, mengapa pada kenyataannya, prestasi
belajar mereka berbeda? Ada yang ‘dianggap’ lebih pintar, dan ada yang ‘dicap’
kurang pintar. Lantas apakah yang melatarbelakangi fenomena tersebut? Faktor
anaknya, ataukah gurunya?
Persepsi seorang pendidik
terhadap anak didiknya sangatlah penting. Seorang pendidik harus bisa melihat
anak didiknya dari sudut pandang yang tidak semua orang dapat melakukannya.
Pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mengenali anak didiknya dengan
baik berikut potensi-potensi yang dimilikinya untuk kemudian diarahkan dan
dikembangkan menuju arah yang positif. Contoh sederhananya, seorang anak yang
suka bertengkar dengan temannya bisa jadi menyimpan bakat di bidang ilmu bela
diri. Seorang pendidik yang baik, tidak akan menstigma anak yang suka
bertengkar sebagai anak yang nakal, bandel, bodoh, dan anggapan negatif
lainnya. Peran guru dalam masalah tersebut adalah mengendalikan serta mengarahkan
sang anak untuk menyalurkan bakat ‘bertengkarnya’ kepada sesuatu yang positif.
Perlu diketahu bahwa apa
yang terjadi pada diri peserta didik tidak semata-mata menjadi tanggungan
gurunya, melainkan tanggung jawab semua pihak. Misalkan pada kasus seorang anak
yang melakukan kekerasan pada temannya. Masalah tersebut dapat diselasaikan
dengan damai dan anak tersebut mendapatkan rehabilitasi mental dengan baik. Peran
orang tua, teman, dan masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk mendidik anak.
Mendidik anak bukan semata-mata meningkatkan kecerdasan kognitifnya, melainkan
meliputi seluruh aspek lainnya. Bila mengacu pada pernyataan sebelumnya, bahwa
pada hakikatnya setiap anak dibekali dengan kemampuan msing-masing yang sama kapasitasnya, maka penting untuk
pendidik mengetahui kemampuan masing-masing anak didiknya. Kemampuan anak tidak
semata dipandang dari segi kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotorik.
Jadi, semua permasalahan
tersebut bukanlah semata-mata tentang siapakah yang salah? Melainkan siapa yang
bertanggung jawab? Jawabannya sederhana: semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar